Catatan Mingguan: Let's Be Real Here
Hai.
(Slowly turning this blog into Connor Franta af)
(Slowly turning this blog into Connor Franta af)
Ok, kali ini gue mau jujur dengan apa yang sebenarnya ada dipikiran gue selama ini. Dan, ya, agak mikir panjang buat ngetik tentang topik ini karena gue harus terbuka tentang apapun dan siapapun yang gue kenal dan bahkan yang gue pernah liat. Gue enggak tau kenapa gue buat post dengan topik ini. Yang jelas siapapun yang baca (mau itu teman-teman gue atau orang yang enggak gue kenal sekalipun yang enggak sengaja nyasar ke blog ini) semoga bisa mengambil sedikit pelajaran atau bisa terinspirasi dari post ini. Amin.
Teman. Satu kata yang penting untuk hidup kita, kadang membuat kita bahagia, tertawa, sedih, marah, iri, dan lain-lain. Satu kata yang bisa menjadi tempat kita saling menuangkan segala cerita. Satu kata yang bahkan bisa menjadi musuh kita. Satu kata yang... what else? Terlalu banyak penjelasan untuk satu kata ini.
Gue termasuk orang yang enggak punya banyak sekali teman. Mungkin cuman punya beberapa. Kenapa? Gue orangnya susah beradaptasi (sekarang lagi coba untuk bisa gampang beradaptasi). Kadang gue mikir kenapa gue enggak bisa jadi orang yang bisa dapat teman segampang ngupas cangkang kacang tanah. Kadang gue menyesali itu, dan akhirnya agak bikin stress juga (gue orangnya terlalu banyak mikir). Tapi, sekarang gue mulai enggak peduli dengan semua itu. Teman itu pasti datang dengan sendirinya kalau kita berbuat baik. Tapi (lagi), kadang saat kita berbuat baik, teman ini (enggak semuanya) kurang baik sama kitanya. Saat 'teman ini' butuh bantuan kita, kita selalu bantu dia. Tapi, saat kita butuh bantuan, mereka kayak hilang dari bumi ini atau beralasan enggak bisa bantu (padahal sebenarnya bisa). Biasanya orang nyebut "datang pas ada butuhnya aja". Menurut gue, mungkin kita mikirnya kalau kita pengen mendapatkan istilahnya imbalan dari 'teman ini'. Imbalannya bukan berupa barang atau uang, tapi bentuk perbuatan juga (yang tentunya perbuatan baik). Memang kita seharusnya enggak mengharapkan imbalan, tapi kadang dalam hati pengen banget dapat itu karena kita udah buat baik sama mereka. Jujur aja, terlalu banyak dan enggak ada habisnya bahas tentang teman ini. Mungkin nanti gue harus buat post tentang teman? Good idea.
Orang-orang memang punya karakter yang berbeda (mungkin ada yang sama). Begitu juga teman-teman kita. Seperti banyak orang bilang, kalau sifatnya baik, kita ikuti mereka. Kalau sifatnya buruk, kita jauhi mereka. Itu semua kembali sama diri kita sendiri. Mau jadi yang terbaik atau yang terburuk? It's up to you. Teman datang pas ada butuhnya aja? Enggak usah dipikirin dan enggak usah berharap dapat imbalan (kayak yang gue jelasin tadi). Gue tau itu emang ngeselin, tapi apa salahnya untuk dilupain aja. Kita juga harus introspeksi diri, begitu juga mereka. Jangan ngatain dibelakang kalau kita belum juga sadar buat introspeksi diri sendiri. Tahan buat ngatain di media sosial (jujur aja, gue juga pernah ngatain orang dibelakang dan post di media sosial, tapi sekarang gue mencoba untuk enggak ngelakuin itu lagi dan mencoba untuk tenang). Yang jelas be a good friend. Jadilah yang terbaik (BoBoiboy's voice).
Dalam mengerjakan suatu hal kita perlu dedikasi. Banyak orang yang mengerjakan suatu hal dengan terpaksa dan enggak ada passion dalam hal tersebut. Kadang hasil kerjanya pun jadi kurang bagus atau asal-asalan. Gue suka Bahasa Inggris sama Art dari kecil. Sampai akhirnya kuliah gue ambil jurusan Bahasa Inggris. Orang-orang bilang kenapa enggak ambil jurusan lain? Ambil jurusan yang bisa cepat dapat kerja nantinya? Menurut gue kalau masalah kerja itu gimana niat dan usaha kita buat cari kerja, dan masalah keterima atau enggak-nya itu tergantung sama keberuntungan kita. Kalau kita bersungguh-sungguh dan terus-menerus berusaha keras, pasti kita dapat hasilnya nanti (walaupun hasilnya enggak di dapat langsung ditempat, yang jelas harus sabar). Yang jelas gue ngambil jurusan Bahasa Inggris itu enggak main-main. Gue sungguh-sungguh ngambil jurusan itu. Kuliah yang benar dan rajin. Kesempatan kerja nanti pasti ada. Yang penting jalani aja hidup kalian sekarang. Cari sebanyak-banyaknya pengalaman. Ya, walaupun banyak orang bilang kuliahnya biasa-biasa aja, tapi akhirnya bisa dapat kerja dan jadi sukses. Menurut gue, sih, itu keberuntungannya mereka, dan mungkin karena usaha kerasnya. Tapi, enggak sedikit juga orang yang kuliahnya rajin dan selalu mengikuti passion-nya bisa dapat kerja dan jadi sukses. Don't give up, guys.
Jujur aja, gue itu orangnya pasif. Gue jarang banget ikut organisasi. Dari SMP sampai sekarang (mungkin) gue enggak pernah serius kalau ikut organisasi. Mungkin pas SMP pernah serius di suatu organisasi (itu pun enggak bertahan lama karena ada sesuatu yang gue enggak suka, I'm not going to mention it). Dan sekarang gue enggak ikut organisasi, mungkin karena enggak ada yang gue minati atau gue takut kalau gue enggak serius di organisasi kayak dulu (atau mungkin memang malas aja, ha! Gotcha!). Gue pengen fokus kuliah. Banyak orang bilang ikut organisasi, banyak teman (tandanya bisa bersosialisasi). Yep, you're 100% right. Tapi, walaupun enggak ikut juga, buktinya gue masih bisa punya teman dan bisa bersosialisasi. Tapi, disisi lain gue pengen banget ikut organisasi dan jadi aktif. Gue terus mikirin ini dan agak menyesal kenapa dulu enggak serius ikut organisasi. Jujur aja, terus-terusan mikirin ini jadi agak stress juga. Dan sebenarnya gue malas bahas ini, haha. Tapi, ya, ini gue jujur, ini semua yang selama ini ada di dalam pikiran gue. Gue yakin gue enggak sendiri di dunia ini yang ngerasain ini. Yang penting jalani aja hidup kalian sekarang. Okay? Okay. (Slowly trying to forget this)
Gue kurang suka sama orang yang melulu galau, dan nge-post status galau di media sosial (apalagi tentang cowok atau mantan atau pacar), like, dude, can you please be happy for a day or maybe just a second? Gue mending ngeliat posting-an kpop daripada posting-an galau. Peduli amat lo? Iya, gue peduli sama lo. Kasian abisnya sedih melulu mikirin mantan, atau pacar yang enggak kesampaian. Lo juga pasti pernah, kan? Jujur aja, iya, tapi enggak melulu galau. Gue lebih suka cari kebahagiaan gue daripada galau karena pacar yang enggak kesampaian. Okay? Okay.
Gue orangnya memang lumayan suka buku (buku fiksi, novel tepatnya). Sekarang buku bisa dibaca di gadget dan bisa download dengan mudahnya di internet. Gue mikir aja gimana nasib buku fisik yang benar-benar terbuat dari kertas. Jujur aja, gue lebih suka buku fisik daripada ebook. Ada kebahagian tersendiri pas baca buku fisik itu (entah itu bahagia karena wangi kertasnya yang khas atau ceritanya). Walau kadang buku fisik (yang langka di toko buku) susah di dapatnya, tapi ada tantangan tersendiri buat nyarinya. Kadang mata gue juga enggak kuat menatap layar gadget lama-lama, beda dengan menatap kertas. Gue enggak tau mau ngetik apa lagi soal ini, pokonya hidup buku fisik!
Ok, topik kali ini pengen banget gue bahas dan jangan tanya apa alasannya.
Entah gimana gue bisa punya suatu obsesi sama sesuatu (e.g. artis-artis luar negeri). Seingat gue awal gue bisa suka banget (bangetnya banget) sama artis luar itu sekitar tahun 2009-2010. Gue nemu seorang penanyi cowok yang unyu dan entah gimana bisa kepincet walaupun dianya juga enggak tau siapa gue. Dan sampai sekarang (sampai detik ini), gue masih punya kebiasaan yang sama (liat aja blog gue). Jujur aja, nge-fan sama orang-orang yang terkenal (lebih tepatnya artis) itu kadang buat seneng juga (bukan kadang lagi, sering). Gue bisa liat kebiasaan mereka, tingkah laku mereka yang kadang absurd (dari layar komputer), bisa juga jadi inspirasi hidup, dan jujur aja, kalau mereka dari luar negeri, bisa improve kemampuan Bahasa Inggris gue (dari sering dengerin lagu-lagunya, baca tweets-nya di Twitter, atau dengerin mereka ngomong dari video di YouTube). Mungkin itu beberapa manfaat saat kita nge-fan sama orang-orang terkenal. Tapi, jujur aja nge-fan sama orang-orang terkenal itu menurut gue kurang sehat (apalagi kalau udah tingkat obsesi akut). Kenapa? Kita mungkin jadi terus-menerus mikirin itu orang-orang terkenal dimanapun dan kapanpun (bahkan pas dikamar mandi). Kita juga mungkin bisa jadi anti-social karena kita lebih suka ngobrol (re: nge-chat) sama teman di satu Fandom yang ada di dunia maya. Kita juga bisa jadi boros karena sering beli barang yang berkaitan dengan sang idola yang harganya terbilang mahal. Kadang juga teman-teman (yang enggak sama sekali punya kesaamaan sama kita) suka ngejek kita.
"Kenapa, sih, nge-fan banget sama (sebut nama orang terkenal)?"
"Ya ampun! Hp lo isinya foto (sebut nama orang terkenal."
"Ngomong (sebut nama orang terkenal) aja lo mah."
Kadang ucapan-ucapan kayak gitu yang terlontar dari mulut mereka (yang kadang ngomongnya enggak santai juga) rasanya pengen hilang aja dari muka bumi. Gue kadang nanggapinnya cuman dengan senyuman dan ngomong, "Enggak tau gue juga.". Padahal dalam hati gue ngomong, "Emang kenapa? Peduli amat lo sama hidup gue? Giliran ginian aja lo peduli, pas gue lagi sedih lo enggak peduli sama sekali.". Well, mungkin itu beberapa kerugiannya. Memang, sih, keliatannya agak banyak kerugiannya daripada manfaatnya. Tapi, enggak ada salahnya, kan, nge-fan sama sesuatu atau orang-orang terkenal? Cuman kita harus jadi penggemar yang sehat, dan tentunya imbangi dengan kehidupan nyata kita. Jangan terus-terusan berimajinasi tentang sang idola, dan melupakan kenyataan. Ingat, loh, kalian yang jadi nge-fan sama orang-orang terkenal enggak sendiri di dunia ini. Ingat juga, masih banyak orang yang nge-fan-nya enggak sehat atau udah sangat terobsesi dan mungkin bisa jadi psycho. Ngeri ngeliatnya juga.
Jujur aja, kalau gue bisa, gue mau hiduo normal kayak orang yang enggak nge-fan banget sama siapapun (mungkin cuman suka aja dan bersikap biasa). Kadang gue capek teman gue ngejek terus karena gue nge-fan sama ini lah, itu lah. Memang itu cuman bercanda, tapi gue pribadi ejekan itu terus terngiang di otak gue. Mungkin teman gue enggak tau itu, tapi kalau mereka baca ini mungkin mereka tau sekarang (devil's laugh). Tapi, itu pemikiran gue yang dulu. Sekarang gue mencoba untuk enggak peduli dan coba kontrol diri gue.
Kadang orang-orang terkenal atau idola kita buat kita bahagia, dan disitulah kadang kita merasa kebahagiaan kita ada disitu. Dan memang kalau iya, kenapa enggak nge-fan sama mereka? Mereka buat hidup kalian bahagia; walaupun buat kalian sedih juga karena cuman bisa liat di layar komputer atau TV, dan mereka anggap kalian stranger (lupakan). Daripada galau melulu, mendingan cari kebahagiaan. Okay? Okay.
Terlalu banyak yang harus dicurahkan dari pikiran gue, dan mungkin segitu dulu yang bisa gue kasih tau apa yang sebenarnya ada dipikiran gue selama ini. Sebetulnya masih banyak hal yang pengen gue curahkan dari pikiran gue, tapi mungkin post ini bakalan panjang banget (dan kebiasaan gue yang lupa mau ngetik apa). Mungkin nanti gue buat Let's Be Real Here pt. 2, haha.
Seperti yang gue bilang tadi, gue percaya bukan hanya gue satu-satunya yang punya problem diatas didunia ini. Coba hadapi semuanya dengan senyuman, tenangkan diri, take a deep breath, dan terima dan juga bersyukur dengan semua yang telah kalian dapat dalam hidup.
Feel free to comment or judge! :-)
Sampai ketemu di post selanjutnya. :D
Orang-orang memang punya karakter yang berbeda (mungkin ada yang sama). Begitu juga teman-teman kita. Seperti banyak orang bilang, kalau sifatnya baik, kita ikuti mereka. Kalau sifatnya buruk, kita jauhi mereka. Itu semua kembali sama diri kita sendiri. Mau jadi yang terbaik atau yang terburuk? It's up to you. Teman datang pas ada butuhnya aja? Enggak usah dipikirin dan enggak usah berharap dapat imbalan (kayak yang gue jelasin tadi). Gue tau itu emang ngeselin, tapi apa salahnya untuk dilupain aja. Kita juga harus introspeksi diri, begitu juga mereka. Jangan ngatain dibelakang kalau kita belum juga sadar buat introspeksi diri sendiri. Tahan buat ngatain di media sosial (jujur aja, gue juga pernah ngatain orang dibelakang dan post di media sosial, tapi sekarang gue mencoba untuk enggak ngelakuin itu lagi dan mencoba untuk tenang). Yang jelas be a good friend. Jadilah yang terbaik (BoBoiboy's voice).
Dalam mengerjakan suatu hal kita perlu dedikasi. Banyak orang yang mengerjakan suatu hal dengan terpaksa dan enggak ada passion dalam hal tersebut. Kadang hasil kerjanya pun jadi kurang bagus atau asal-asalan. Gue suka Bahasa Inggris sama Art dari kecil. Sampai akhirnya kuliah gue ambil jurusan Bahasa Inggris. Orang-orang bilang kenapa enggak ambil jurusan lain? Ambil jurusan yang bisa cepat dapat kerja nantinya? Menurut gue kalau masalah kerja itu gimana niat dan usaha kita buat cari kerja, dan masalah keterima atau enggak-nya itu tergantung sama keberuntungan kita. Kalau kita bersungguh-sungguh dan terus-menerus berusaha keras, pasti kita dapat hasilnya nanti (walaupun hasilnya enggak di dapat langsung ditempat, yang jelas harus sabar). Yang jelas gue ngambil jurusan Bahasa Inggris itu enggak main-main. Gue sungguh-sungguh ngambil jurusan itu. Kuliah yang benar dan rajin. Kesempatan kerja nanti pasti ada. Yang penting jalani aja hidup kalian sekarang. Cari sebanyak-banyaknya pengalaman. Ya, walaupun banyak orang bilang kuliahnya biasa-biasa aja, tapi akhirnya bisa dapat kerja dan jadi sukses. Menurut gue, sih, itu keberuntungannya mereka, dan mungkin karena usaha kerasnya. Tapi, enggak sedikit juga orang yang kuliahnya rajin dan selalu mengikuti passion-nya bisa dapat kerja dan jadi sukses. Don't give up, guys.
Jujur aja, gue itu orangnya pasif. Gue jarang banget ikut organisasi. Dari SMP sampai sekarang (mungkin) gue enggak pernah serius kalau ikut organisasi. Mungkin pas SMP pernah serius di suatu organisasi (itu pun enggak bertahan lama karena ada sesuatu yang gue enggak suka, I'm not going to mention it). Dan sekarang gue enggak ikut organisasi, mungkin karena enggak ada yang gue minati atau gue takut kalau gue enggak serius di organisasi kayak dulu (atau mungkin memang malas aja, ha! Gotcha!). Gue pengen fokus kuliah. Banyak orang bilang ikut organisasi, banyak teman (tandanya bisa bersosialisasi). Yep, you're 100% right. Tapi, walaupun enggak ikut juga, buktinya gue masih bisa punya teman dan bisa bersosialisasi. Tapi, disisi lain gue pengen banget ikut organisasi dan jadi aktif. Gue terus mikirin ini dan agak menyesal kenapa dulu enggak serius ikut organisasi. Jujur aja, terus-terusan mikirin ini jadi agak stress juga. Dan sebenarnya gue malas bahas ini, haha. Tapi, ya, ini gue jujur, ini semua yang selama ini ada di dalam pikiran gue. Gue yakin gue enggak sendiri di dunia ini yang ngerasain ini. Yang penting jalani aja hidup kalian sekarang. Okay? Okay. (Slowly trying to forget this)
Gue kurang suka sama orang yang melulu galau, dan nge-post status galau di media sosial (apalagi tentang cowok atau mantan atau pacar), like, dude, can you please be happy for a day or maybe just a second? Gue mending ngeliat posting-an kpop daripada posting-an galau. Peduli amat lo? Iya, gue peduli sama lo. Kasian abisnya sedih melulu mikirin mantan, atau pacar yang enggak kesampaian. Lo juga pasti pernah, kan? Jujur aja, iya, tapi enggak melulu galau. Gue lebih suka cari kebahagiaan gue daripada galau karena pacar yang enggak kesampaian. Okay? Okay.
Gue orangnya memang lumayan suka buku (buku fiksi, novel tepatnya). Sekarang buku bisa dibaca di gadget dan bisa download dengan mudahnya di internet. Gue mikir aja gimana nasib buku fisik yang benar-benar terbuat dari kertas. Jujur aja, gue lebih suka buku fisik daripada ebook. Ada kebahagian tersendiri pas baca buku fisik itu (entah itu bahagia karena wangi kertasnya yang khas atau ceritanya). Walau kadang buku fisik (yang langka di toko buku) susah di dapatnya, tapi ada tantangan tersendiri buat nyarinya. Kadang mata gue juga enggak kuat menatap layar gadget lama-lama, beda dengan menatap kertas. Gue enggak tau mau ngetik apa lagi soal ini, pokonya hidup buku fisik!
Ok, topik kali ini pengen banget gue bahas dan jangan tanya apa alasannya.
Entah gimana gue bisa punya suatu obsesi sama sesuatu (e.g. artis-artis luar negeri). Seingat gue awal gue bisa suka banget (bangetnya banget) sama artis luar itu sekitar tahun 2009-2010. Gue nemu seorang penanyi cowok yang unyu dan entah gimana bisa kepincet walaupun dianya juga enggak tau siapa gue. Dan sampai sekarang (sampai detik ini), gue masih punya kebiasaan yang sama (liat aja blog gue). Jujur aja, nge-fan sama orang-orang yang terkenal (lebih tepatnya artis) itu kadang buat seneng juga (bukan kadang lagi, sering). Gue bisa liat kebiasaan mereka, tingkah laku mereka yang kadang absurd (dari layar komputer), bisa juga jadi inspirasi hidup, dan jujur aja, kalau mereka dari luar negeri, bisa improve kemampuan Bahasa Inggris gue (dari sering dengerin lagu-lagunya, baca tweets-nya di Twitter, atau dengerin mereka ngomong dari video di YouTube). Mungkin itu beberapa manfaat saat kita nge-fan sama orang-orang terkenal. Tapi, jujur aja nge-fan sama orang-orang terkenal itu menurut gue kurang sehat (apalagi kalau udah tingkat obsesi akut). Kenapa? Kita mungkin jadi terus-menerus mikirin itu orang-orang terkenal dimanapun dan kapanpun (bahkan pas dikamar mandi). Kita juga mungkin bisa jadi anti-social karena kita lebih suka ngobrol (re: nge-chat) sama teman di satu Fandom yang ada di dunia maya. Kita juga bisa jadi boros karena sering beli barang yang berkaitan dengan sang idola yang harganya terbilang mahal. Kadang juga teman-teman (yang enggak sama sekali punya kesaamaan sama kita) suka ngejek kita.
"Kenapa, sih, nge-fan banget sama (sebut nama orang terkenal)?"
"Ya ampun! Hp lo isinya foto (sebut nama orang terkenal."
"Ngomong (sebut nama orang terkenal) aja lo mah."
Kadang ucapan-ucapan kayak gitu yang terlontar dari mulut mereka (yang kadang ngomongnya enggak santai juga) rasanya pengen hilang aja dari muka bumi. Gue kadang nanggapinnya cuman dengan senyuman dan ngomong, "Enggak tau gue juga.". Padahal dalam hati gue ngomong, "Emang kenapa? Peduli amat lo sama hidup gue? Giliran ginian aja lo peduli, pas gue lagi sedih lo enggak peduli sama sekali.". Well, mungkin itu beberapa kerugiannya. Memang, sih, keliatannya agak banyak kerugiannya daripada manfaatnya. Tapi, enggak ada salahnya, kan, nge-fan sama sesuatu atau orang-orang terkenal? Cuman kita harus jadi penggemar yang sehat, dan tentunya imbangi dengan kehidupan nyata kita. Jangan terus-terusan berimajinasi tentang sang idola, dan melupakan kenyataan. Ingat, loh, kalian yang jadi nge-fan sama orang-orang terkenal enggak sendiri di dunia ini. Ingat juga, masih banyak orang yang nge-fan-nya enggak sehat atau udah sangat terobsesi dan mungkin bisa jadi psycho. Ngeri ngeliatnya juga.
Jujur aja, kalau gue bisa, gue mau hiduo normal kayak orang yang enggak nge-fan banget sama siapapun (mungkin cuman suka aja dan bersikap biasa). Kadang gue capek teman gue ngejek terus karena gue nge-fan sama ini lah, itu lah. Memang itu cuman bercanda, tapi gue pribadi ejekan itu terus terngiang di otak gue. Mungkin teman gue enggak tau itu, tapi kalau mereka baca ini mungkin mereka tau sekarang (devil's laugh). Tapi, itu pemikiran gue yang dulu. Sekarang gue mencoba untuk enggak peduli dan coba kontrol diri gue.
Kadang orang-orang terkenal atau idola kita buat kita bahagia, dan disitulah kadang kita merasa kebahagiaan kita ada disitu. Dan memang kalau iya, kenapa enggak nge-fan sama mereka? Mereka buat hidup kalian bahagia; walaupun buat kalian sedih juga karena cuman bisa liat di layar komputer atau TV, dan mereka anggap kalian stranger (lupakan). Daripada galau melulu, mendingan cari kebahagiaan. Okay? Okay.
Terlalu banyak yang harus dicurahkan dari pikiran gue, dan mungkin segitu dulu yang bisa gue kasih tau apa yang sebenarnya ada dipikiran gue selama ini. Sebetulnya masih banyak hal yang pengen gue curahkan dari pikiran gue, tapi mungkin post ini bakalan panjang banget (dan kebiasaan gue yang lupa mau ngetik apa). Mungkin nanti gue buat Let's Be Real Here pt. 2, haha.
Seperti yang gue bilang tadi, gue percaya bukan hanya gue satu-satunya yang punya problem diatas didunia ini. Coba hadapi semuanya dengan senyuman, tenangkan diri, take a deep breath, dan terima dan juga bersyukur dengan semua yang telah kalian dapat dalam hidup.
Feel free to comment or judge! :-)
Sampai ketemu di post selanjutnya. :D
Komentar
Posting Komentar